Di Ujung Pembuktian Dari Sebuah Kotak Sempit
Di Ujung Pembuktian, beranjak saya mengenang kembali masa laluku. diawal saya berteman dengan suatu kehidupan yang sempit, seukuran 1 meter persegi saja. Namun dari lubang kehidupan itu, mereka menggap saya adalah orang yang tergolong payah, serta kawan-kawan ku yang menemukan aku menuturkan kepadaku dengan nada “saya sangka kamu telah punah”.
Namun saya jawab enjoy saja, serta menyampaikan saya cuma ingin menunjukkan suatu hal pada dunia. Namun kawanku yang lain mengajakku untuk keluar, mencoba kembali pada peradaban hidup yang sesungguhnya, namun saya menjawab bahwasanya disini saya masih senang dan merasa betah. Pembuktian tersebut sebagai sebuah semangat untukku, serta bertahan dalam kotak hidup 1 meter persegi ini.
Desakan dari luar juga tampak miris, walaupun cuma dari tatapan mata saja saya sudah dapat membaca apa kata otak mereka. “Betah sekali ia di sana” anggapanku atas pandangan mereka yang tajam. Serta terkadang juga saya berpikir otak mereka berkata lain “Ia seseorang pemalas”, apa peduliku dengan semua itu.
Tidak terasa saya sudah ada dalam kotak kehidupan sempit ini cukup lama, sejak tahun 2007 silam hingga tulisan ini aku bikin. Terus pada satu semangat pembuktian saja.
Tetapi desakan dari orang-orang serta teman-temanku tidaklah apa-apa lantaran baru terlihat saat ini, walau sebenarnya ada tekanan dari awal serta dia yaitu pendapingku, istriku yang senantiasa saja cerewet bila memberi komentar tetang apa yang saya kerjakan.
Kamu mempunyai tanggung jawab, sekurang-kurangnya bila kamu tak dapat tanggung jawab pada ku maka tanggunglah buah hatimu, ungkapan yang terkadang bikin telingaku merah serta rehat dari kotak sempit itu. Melaju dan membuka mata akan peradaban yang bagiku sama saja, tidak ada yang teristimewa.
Sesudah saya terasa kemarahan mulai reda, saya kembali ke kotak itu, kembali mencari langkah melakukan sebuah pembuktian.
Melihat itu, bidadariku cuma dapat melenguh, serta pasrah melihatku. Namun saya tau bahwasanya rasa yang ada dalam hatinya pasti benar-benar mau melihat suaminya seperti orang lain pada umumnya. Pergi pagi dan pulang sore, kebiasaan yang membosankan menurut pendapatku.
Saya tau, bahwasanya mereka tak tahu apa yang saya kerjakan dalam kotak sempit itu. Didalamnya saya dapat berkeliling dunia kemana pun saya senangi. Bicara dengan semua orang didunia mengulas apapun yang dapat membuatku tertawa. Namun itu cuma untuk menyingkirkan rasa penat saja, lantaran konsentrasiku merupakan sebuah pembuktian.
Pada akhirnya saya mulai memperoleh titik jelas, pembuktian yang mau kuwujudkan akhirnya terwujud juga. Bidadariku tersadar bahwasanya apa yang kulaukan sampai kini adalah benar, walaupun teman-teman serta masyarakat masih butuh lebih. Sekurang-kurangnya saya menilai bidadariku merupakan orang yang bersyukur. Menyaksikan apa yang sudah kubuktikan membuatnya berubah sikap, serta saya berasumsi bahwasanya teman serta orang diluaran sana. Didunia peradaban yang ujarnya moderen nyatanya tidak tau bersyukur dengan pembuktian yang saya kerjakan.
Dalam hatiku cuma berkata, tunggulah kawan, tidak lama lagi Insya Allah, saya bakal keluar dari kotak sempit ini serta mencari kalian untuk ajukan pertanyaan “Aku pikir kalian telah punah lantaran tak pernah mengunjungiku lagi”
================================================
Kotak Sempit merupakan Ukuran untuk satu set computerku yang terhubung dengan dunia lewat via internet
Pembuktian yaitu mengemukakan bahwasanya Internet merupakan alat komersil di gunakan untuk komersil bukan hanya untuk senang-senang saja.
Artikel Repost dari salah seorang rekan di dunia maya, admin Catatan Harian Blogger Kampung by M Mustafa www.bloggerbodoh.com
Namun saya jawab enjoy saja, serta menyampaikan saya cuma ingin menunjukkan suatu hal pada dunia. Namun kawanku yang lain mengajakku untuk keluar, mencoba kembali pada peradaban hidup yang sesungguhnya, namun saya menjawab bahwasanya disini saya masih senang dan merasa betah. Pembuktian tersebut sebagai sebuah semangat untukku, serta bertahan dalam kotak hidup 1 meter persegi ini.
Desakan dari luar juga tampak miris, walaupun cuma dari tatapan mata saja saya sudah dapat membaca apa kata otak mereka. “Betah sekali ia di sana” anggapanku atas pandangan mereka yang tajam. Serta terkadang juga saya berpikir otak mereka berkata lain “Ia seseorang pemalas”, apa peduliku dengan semua itu.
Tidak terasa saya sudah ada dalam kotak kehidupan sempit ini cukup lama, sejak tahun 2007 silam hingga tulisan ini aku bikin. Terus pada satu semangat pembuktian saja.
Tetapi desakan dari orang-orang serta teman-temanku tidaklah apa-apa lantaran baru terlihat saat ini, walau sebenarnya ada tekanan dari awal serta dia yaitu pendapingku, istriku yang senantiasa saja cerewet bila memberi komentar tetang apa yang saya kerjakan.
Kamu mempunyai tanggung jawab, sekurang-kurangnya bila kamu tak dapat tanggung jawab pada ku maka tanggunglah buah hatimu, ungkapan yang terkadang bikin telingaku merah serta rehat dari kotak sempit itu. Melaju dan membuka mata akan peradaban yang bagiku sama saja, tidak ada yang teristimewa.
Sesudah saya terasa kemarahan mulai reda, saya kembali ke kotak itu, kembali mencari langkah melakukan sebuah pembuktian.
Melihat itu, bidadariku cuma dapat melenguh, serta pasrah melihatku. Namun saya tau bahwasanya rasa yang ada dalam hatinya pasti benar-benar mau melihat suaminya seperti orang lain pada umumnya. Pergi pagi dan pulang sore, kebiasaan yang membosankan menurut pendapatku.
Saya tau, bahwasanya mereka tak tahu apa yang saya kerjakan dalam kotak sempit itu. Didalamnya saya dapat berkeliling dunia kemana pun saya senangi. Bicara dengan semua orang didunia mengulas apapun yang dapat membuatku tertawa. Namun itu cuma untuk menyingkirkan rasa penat saja, lantaran konsentrasiku merupakan sebuah pembuktian.
Pada akhirnya saya mulai memperoleh titik jelas, pembuktian yang mau kuwujudkan akhirnya terwujud juga. Bidadariku tersadar bahwasanya apa yang kulaukan sampai kini adalah benar, walaupun teman-teman serta masyarakat masih butuh lebih. Sekurang-kurangnya saya menilai bidadariku merupakan orang yang bersyukur. Menyaksikan apa yang sudah kubuktikan membuatnya berubah sikap, serta saya berasumsi bahwasanya teman serta orang diluaran sana. Didunia peradaban yang ujarnya moderen nyatanya tidak tau bersyukur dengan pembuktian yang saya kerjakan.
Dalam hatiku cuma berkata, tunggulah kawan, tidak lama lagi Insya Allah, saya bakal keluar dari kotak sempit ini serta mencari kalian untuk ajukan pertanyaan “Aku pikir kalian telah punah lantaran tak pernah mengunjungiku lagi”
================================================
Kotak Sempit merupakan Ukuran untuk satu set computerku yang terhubung dengan dunia lewat via internet
Pembuktian yaitu mengemukakan bahwasanya Internet merupakan alat komersil di gunakan untuk komersil bukan hanya untuk senang-senang saja.
Artikel Repost dari salah seorang rekan di dunia maya, admin Catatan Harian Blogger Kampung by M Mustafa www.bloggerbodoh.com
No comments for "Di Ujung Pembuktian Dari Sebuah Kotak Sempit"
Post a Comment